Carl R. Rogers mengembangkan terapi client centered therapy sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan- keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client centered adalah cabang dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri. Menurut Rogers (dalam Corey, 2009) menyebutkan bahwa: "terapi client centered merupakan teknik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri. Jadi terapi client centered adalah terapi yang berpusat pada diri klien, yang mana seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada saat mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau keluar dari masalah yang dihadapinya.
Tujuan Client Centered Therapy:
- Menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya .
- Membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang lebih besar kepada dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan spontanitas hidupnya.
- Menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan.
- Konseling cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.
- Memberikan landasan humanistik bagi usaha memahami dunia subyektif klien, memberikan peluang yang jarang kepada klien untuk sungguh-sungguh didengar dan mendengar.
- Mereka bisa menjadi diri sendiri, sebab mereka tahu bahwa mereka tidak akan di evaluasi dan dihakimi.
- Mereka akan merasa bebas untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru.
- Mereka dapat diharapkan memikul tanggung jawab atas diri mereka sendiri, dan merekalah yang memasang langkah dalam konseling.
- Mereka yang menetapkan bidang-bidang apa yang mereka ingin mengeksplorasinya di atas landasan tujuan-tujuan bagi perubahan.
- Pendekatan Client-Centered menyajikan kepada klien umpan balik langsung dan khas dari apa yang baru dikomunikasikannya.
- Terapis bertindak sebagai cermin, mereflesikan perasaan-perasaan kliennya yang lebih dalam
Kelemahan pendekatan Client-Centered:
- Cara sejumlah pemratek menyalahtafsirkan atau menyederhanakan sikap-sikap sentral dari posisi Client-Centered.
- Tidak semua konselor bisa mempraktekan terapi Client-Centered, sebab banyak konselor yang tidak mempercayai filsafat yang melandasinya.
- Membatasi lingkup tanggapan dan gaya konseling mereka sendiri pada refleksi-refleksi dan mendengar secara empatik.
- Adanya jalan yang menyebabkan sejumlah pemraktek menjadi terlalu terpusat pada klien sehingga mereka sendiri kehilangan rasa sebagai pribadi yang unik.
Peran Konselor
dalam Person Centered Therapy
Kemampuan konselor membangun hubungan
interpersonal dalam proses konseling merupakan elemen kunci keberhasilan
konseling, disini konselor berperan mempertahankan 3 konsdisi inti (core condition) yang menghadirkan iklim
kondusif untuk mendorong terjadinya perubahan terapeutik dan perkembangan
konseli, meliputi :
- Sikap yang selaras dan keaslian (congruence or genuineness), konselor menampilkan diri yang sebenarnya, asli, terintegrasi dan otentik. Konselor juga selaras menampilkan antara perasaan dan pikiran yang ada didalam dirinya dengan perasaan, pandangan dan tingkah laku yang diekspresikan
- Penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard and acceptance), konselor dapat berkomunikasi dengan konseli secara mendalam dan jujur sebagai pribadi, konselor tidak melakukan penilaian dan penghakiman terhadap perasaan, pikiran dan tingkah laku berdasarkan standar norma tertentu
- Acceptance, Penghargaan spontan terhadap konseli, dan menerimanya sebagai individu yang berbeda dengan konselor, dimana perbedaan tersebut dapat terjadi pada nilai-nilai, persepsi diri, maupun pengalaman-pengalaman hidupnya.
- Pemahaman yang empatik dan akurat (accurate empathic undertanding), kemampuan konselor untuk memahami permasalah konseli, melihat sudut pandangan konseli, peka terhadap perasaan-perasaan konseli, sehingga konselor mengetahui bagaimana konseli merasakan perasaanya.
Video Person Centered Therapy
Analisis Video Person Centered Therapy
Pada saat memulai sesi terapi, konselor menyapa klien dan bertanya tentang kabar klien, lalu berkata kepada klien untuk menceritakan yang ia rasakan tanpa ragu. Setelah itu, klien mulai bercerita, klien mengatakan bahwa ia merasa hidupnya tidak adil. Konselor bertanya apa yang alasan yang menyebabkan itu terjadi, lalu klien menjawab sambil merasa ragu dan mengatakan "apa saya bisa menceritakan semuanaya?". Konselor meyakinkan klien untuk menceritakan apa yang klien rasakan dan mengatakan bahwa konselor akan mendengarkan semua yang klien bicarakan.
Klien mulai menceritakan tentang apa yang ia rasakan, klien merasa sudah sangat bekerja keras untuk belajar, dan tidak pergi ke pesta bersama teman-temannya, dan selalu melakukan hal-hal yang baik. Klien mengatakan bahwa orang-orang memujinya sebagai orang yang baik, tetapi tidak dengan orangtuanya. Klien mengatakan bahwa orang tua klien tidak pernah menghargai klien, dan hanya melihat kesalahannya sehingga membuat klien pergi.
Konselor mengatakan ulang apa yang diceritakan klien tentang orang tuanya, lalu klien menceritakan lagi tentang orang tuanya. Klien berkata bahwa ia tidak pernah membicarakan orang tuanya di belakang mereka, tidak pernah menjawab mereka, dan selalu diam setiap mereka mengatakan sesuatu karena itu menyakitkan klien. Klien juga mengatakan bahwa kadang ia menangis sampai tertidur karena tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya ingin orang tuanya menghargainya seperti orang-orang, tetapi orang tuanya tidak pernah melakukan itu.
Konselor memberikan perkataan yang positif terhadap klien dengan mengatakan bahwa "anda sudah berusaha sangat baik dalam melakukan apapun, dan teruslah lanjutkan untuk membuat orang-orang bangga padamu. Ada saya ada disini yang akan mendengarkan dan membantu anda".
Klien mengatakan kepada konselor bahwa ada suatu hal yang membuatnya depresi beberapa hari belakangan, ia bercerita bahwa dua minggu yang lalu ia putus dengan pacarnya karena pacarnya menganggap ia sangat terobsesi untuk menjadi sempurna. Klien mengatakan bahwa ia merasa pacarnya tidak mengerti bahwa yang ia lakukan adalah untuk pacarnya dan orangtuanya, ia mengira bahwa pacarnya tidak akan meninggalkannya.
Konselor mengatakan bahwa ia mengerti apa yang klien rasakan dan ia juga berkata bahwa ini berat, tetapi bukan hanya klien yang merasakan seperti itu, banyak orang juga yang mengalaminya dan bahkan lebih berat. Klien bertanya kepada konselor apa yang harus ia lakukan, dan ia juga mengatakan bahwa ia tidak makan dan tidak tidur, ia merasa hari-harinya tidak berguna dan selalu merasa frustasi.
Konselor berkata kepada klien untuk menutup matanya dan membayangkan sebuah keluarga bahagia sedang di taman, anak-anaknya tertawa bahagia, dan orang tuanya menjaga mereka agar tidak terjatuh. Setelah itu, salah satu anaknya ada yang terjatuh, dan orang tuanya marah sehingga mengajak mereka untuk pulang ke rumah. Konselor bertanya kepada klien "apa yang anda pikirkan? haruskah sang anak protes dan mengatakan untuk tetap berada di taman, atau haruskah mereka pulang ke rumah sesuai apa yang orang tuanya katakan?". Klien menjawab pertanyaan konselor "saya rasa mereka harus mengikuti apa yang orang tua mereka katakan karena orang tua mereka tau yang terbaik untuk mereka". Konselor mengatakan "kita sudah tahu jawabannya sekarang", lalu klien menceritakan sebuah kejadian saat ia jatuh dari tangga, ia terluka dan ia mengatakan bahwa ia tidak bisa mengetahui apa yang orang tuanya inginkan darinya, dan ia berkata bahwa ia harus berbicara pada orang tuanya.
Konselor meyakinkan klien untuk berbicara pada orang tuanya dan mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, ceritakan kepada mereka bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk membuat mereka bangga. Konselor mengatakan kepada klien untuk memperbaiki hubungan klien dengan orang tuanya karena itu lebih penting daripada hubungan dengan pacarnya.
Klien mengerti dan ingin mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan orang tuanya karena ia merasa orang tuanya lah yang sangat membantu ia saat masih kecil dan akan selalu ada saat ia butuh ketika ia dewasa, dan mengenai mantan pacarnya, klien mengatakan bahwa ia tidak tahu harus berbuat apa, namun ia akan memikirkannya di lain waktu.
Konselor kembali memberikan kata-kata positif kepada klien bahwa ia harus menghadapi setiap permasalahannya, dan jangan lari dari semua itu karena itu hanya akan membuatnya menjadi semakin rumit.
Kesimpulan dari analisis video Person Centered Therapy ini adalah bahwa konselor hanya memberikan terapi kepada klien, dan klien yang menyelesaikan masalah yang ia hadapi.
Daftar Pustaka
Klien mulai menceritakan tentang apa yang ia rasakan, klien merasa sudah sangat bekerja keras untuk belajar, dan tidak pergi ke pesta bersama teman-temannya, dan selalu melakukan hal-hal yang baik. Klien mengatakan bahwa orang-orang memujinya sebagai orang yang baik, tetapi tidak dengan orangtuanya. Klien mengatakan bahwa orang tua klien tidak pernah menghargai klien, dan hanya melihat kesalahannya sehingga membuat klien pergi.
Konselor mengatakan ulang apa yang diceritakan klien tentang orang tuanya, lalu klien menceritakan lagi tentang orang tuanya. Klien berkata bahwa ia tidak pernah membicarakan orang tuanya di belakang mereka, tidak pernah menjawab mereka, dan selalu diam setiap mereka mengatakan sesuatu karena itu menyakitkan klien. Klien juga mengatakan bahwa kadang ia menangis sampai tertidur karena tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya ingin orang tuanya menghargainya seperti orang-orang, tetapi orang tuanya tidak pernah melakukan itu.
Konselor memberikan perkataan yang positif terhadap klien dengan mengatakan bahwa "anda sudah berusaha sangat baik dalam melakukan apapun, dan teruslah lanjutkan untuk membuat orang-orang bangga padamu. Ada saya ada disini yang akan mendengarkan dan membantu anda".
Klien mengatakan kepada konselor bahwa ada suatu hal yang membuatnya depresi beberapa hari belakangan, ia bercerita bahwa dua minggu yang lalu ia putus dengan pacarnya karena pacarnya menganggap ia sangat terobsesi untuk menjadi sempurna. Klien mengatakan bahwa ia merasa pacarnya tidak mengerti bahwa yang ia lakukan adalah untuk pacarnya dan orangtuanya, ia mengira bahwa pacarnya tidak akan meninggalkannya.
Konselor mengatakan bahwa ia mengerti apa yang klien rasakan dan ia juga berkata bahwa ini berat, tetapi bukan hanya klien yang merasakan seperti itu, banyak orang juga yang mengalaminya dan bahkan lebih berat. Klien bertanya kepada konselor apa yang harus ia lakukan, dan ia juga mengatakan bahwa ia tidak makan dan tidak tidur, ia merasa hari-harinya tidak berguna dan selalu merasa frustasi.
Konselor berkata kepada klien untuk menutup matanya dan membayangkan sebuah keluarga bahagia sedang di taman, anak-anaknya tertawa bahagia, dan orang tuanya menjaga mereka agar tidak terjatuh. Setelah itu, salah satu anaknya ada yang terjatuh, dan orang tuanya marah sehingga mengajak mereka untuk pulang ke rumah. Konselor bertanya kepada klien "apa yang anda pikirkan? haruskah sang anak protes dan mengatakan untuk tetap berada di taman, atau haruskah mereka pulang ke rumah sesuai apa yang orang tuanya katakan?". Klien menjawab pertanyaan konselor "saya rasa mereka harus mengikuti apa yang orang tua mereka katakan karena orang tua mereka tau yang terbaik untuk mereka". Konselor mengatakan "kita sudah tahu jawabannya sekarang", lalu klien menceritakan sebuah kejadian saat ia jatuh dari tangga, ia terluka dan ia mengatakan bahwa ia tidak bisa mengetahui apa yang orang tuanya inginkan darinya, dan ia berkata bahwa ia harus berbicara pada orang tuanya.
Konselor meyakinkan klien untuk berbicara pada orang tuanya dan mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, ceritakan kepada mereka bahwa apa yang ia lakukan adalah untuk membuat mereka bangga. Konselor mengatakan kepada klien untuk memperbaiki hubungan klien dengan orang tuanya karena itu lebih penting daripada hubungan dengan pacarnya.
Klien mengerti dan ingin mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan orang tuanya karena ia merasa orang tuanya lah yang sangat membantu ia saat masih kecil dan akan selalu ada saat ia butuh ketika ia dewasa, dan mengenai mantan pacarnya, klien mengatakan bahwa ia tidak tahu harus berbuat apa, namun ia akan memikirkannya di lain waktu.
Konselor kembali memberikan kata-kata positif kepada klien bahwa ia harus menghadapi setiap permasalahannya, dan jangan lari dari semua itu karena itu hanya akan membuatnya menjadi semakin rumit.
Kesimpulan dari analisis video Person Centered Therapy ini adalah bahwa konselor hanya memberikan terapi kepada klien, dan klien yang menyelesaikan masalah yang ia hadapi.
Daftar Pustaka
Corey, G. (2009). Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Prayitno, E. A. (1999). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta : Rineka Cipta.